PERMASALAHAN pertumbuhan sampah di Kota Medan yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan harus segera dibutuhkan solusi untuk mengatasinya. Setidaknya dengan mengerem laju pertumbuhan sampah yang dibuang ke TPA. Hal ini disampaikan langsung oleh dua dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UMSU, Efendi Augus dan H Mujahidin pada kegiatan pengabdian masyarakat; pelatihan pengeloaan sampah dan manajemen bank sampah di SMP N 3 Medan dan SMP 8 Medan. “Pertumbuhan sampah di Kota Medan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 677,89 ton. Sedangkan pada tahun 2011 ke tahun 2012 kembali terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 270,3306 ton. Di prediksi pada tahun 2014 lalu sampah kembali meningkat menjadi 2.000 ton perhari,” ujar Efendi Augus yang juga merupakan Direktur Bank Sampah Mutiara Medan ini. Lebih lanjut Efendi mengatakan jika pertumbuhan sampah tidak segara diatasi dengan baik maka akan berdampak pada munculnya banyak persoalan baru. Apalagi sampai saat ini, Pemerintahan Kota Medan (PEMKO) masih menggunakan sistem open dumping (pembuangan terbuka) dalam penanganan sampah di Kota Medan. “Bentuk pembuangan akhir sampah dengan sistem open dumping dapat dikatagorikan sebagai jenis pembuangan akhir sampah yang paling sederhana dan murah. Dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pasal 44 ayat 2 menyatakan
bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pembuangan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya Undang- Undang ini,” tegasnya. Menurut Efendi, pada proses inilah pendidikan dalam bentuk pelatihan pengelolaan sampah dianggap menjadi penting khususnya bagi mereka generasi muda yang berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hasil dari pelatihan ini nantinya diharapkan memunculkan generasi yang peduli terhadap sampah dengan mampu memanfaatkan sampah sebagai potensi ekonomi dengan membentuk bank sampah di sekolah mereka. “Jadi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harusnya dapat membentuk insan-insan yang bersikap dan berperilaku peduli terhadap kondisi lingkungan. Jadi Target dari pengabdian ini adalah menghasilkan produk-produk olahan sampah organik dan anorganik. Produk dari sampah organik adalah kompos sekolah yang digunakan untuk tanaman- taman sekolah. Sedangkan produk dari olah sampah anorganik berupa kerajinan-kerajinan seperti suvernir, tas dan dompet,” beberdosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UMSU ini. Selain mengelola sampah anorganik dan organik menjadi barang yang dapat berguna kembali, Efendi menjelaskan pelatihan pengelolaan sampah ini juga diikuti dengan pelatihan manajemen bank sampah. Sehingga sampa-sampah anorganik nantinya dapat juga ditabung untuk keperluan siswa dan organisasi sekolah yang terlibat langsung dalam pengelolaan manajemen bank sampah di sekolah. “Jadi kita berharap tabungan sampah di sekolah dapat dipergunakan siswa untuk berbagai keperluan mereka. Selain itu, organisasi sekolah juga bisa menggunakan dana tabungan sampah ini untuk kepentingan pengembangan organisasi sekolah,” terangnya. Sementara itu, anggota tim pengabdian masyarakat, Mujahiddin menambahkan dari pelatihan pengelolaan sampah dan manajemen bank sampah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa SMP terkait persoalan sampah dan manfaat sampah. “Jadi dengan adanya pelatihan ini kita harap siswa dapat memiliki pandangan bahwa sampah tidak lagi benda yang jorok dan jijik. Tetapi sampah itu juga dapat menjadi potensi ekonomi atau pendapatan baru apabila dikelola dan ditabung di bank sampah,” ujarnya. Acara pengabdian masyarakat ini mendapatkan apresiasi dari masingmasing sekolah yang mau bekerjasama dan menyediakan beberapa fasilitas pendukung